Gaya hudup di
sebut juga life style, memun beragam, dan pada faktanya gaya hidup yang
mendominasi adalah gaya hidup glamor, gaya hidup hasil beonan dari barat
meminjam ekstrim kanan, sebenarnya tidak hasil beonan tetapi budaya glamor
adalah pengejawantahan adanya nafsu takabur dan nafsu bermegah-megahan meminjam
istilah sufinya, tapi entalah asal
muasal sumbernya kapan-kapan saya
insyaallah menyelidikinya yang jelas pada faktanya budaya bermegah-megahan ini
hampir menjangkiti semua golongan manusia dari presiden sampai penjual
pepsoden, bermegah-megahan dalam kadar semampunya dan sak ukurannya. Yang di
maksud bermegah-megahhan menurut saya adalah cari perhatian pada orang lain
dengan harta benda sebagai kailnya yang bertujuan mendapat pujian, atau
kekaguman dari orang lain, sehingga akan merasa di hargai ketika ada orang lain
memuji dengan mengatakan “wah mobilnya bagus”, atau ingin dianggap kaya,atau
dianggap beruntung walau entah pada aslinya untung atau buntung. Harta benda
yang di jadikan kail pujian dalam hal ini bisa saja, benda seperti motor bagus
yang mahal, atau mobil, rumah perabotan dan, bisa juga pasangan hidup yang
cantik atau yang ganteng. Penalaran seperti ini saya kira berangkat dari asumsi atau persepsi bahwa kebahagiaan adalah
dengan banyaknya harta benda yang menyelubunginya, hal ini terjadi karena duit
dapat membeli apa saja, mau jadi apa saja, baik pejabat dan pangkat semuanya
bisa di beli dengan duit, ketika hal ini yang terjadi maka prestasi dan
kepintaran sudah bukan hal yang membanggakan karena semua dapat dibeli, jadi
tanpa kepintaran tertentu atau keahlian tertentupun jabatan pekerjaan pangkat
tetap bisa di beli, hal ini akan berefek yang miskin semakin terpinggirkan
karena orang miskin tidak bisa membeli sesuatu walaupun dia puya keahlian, jadi
wajarlah semua orang berkeinginan menjadi orang kaya dan banyak harta agar
prestis sosialnya naik, sampai-sampai banyak juga yang tidak menjadi diri
sendiri dengan berbohong mengaku punya ini dan itu, atau berpenampilan
selayaknya pejabat dan berpangkat agar di jalan-jalannya di hormati orang lain.
Sistem seperti ini berefek pada gaya hidup yang ingin dilihat punya prestis
lebih, sehingga budaya mahal-mahalan benda menjadi lomba-lomba yang membudaya,
tentunya sesuai kadar kemampuannya, dan tak jarang juga sampai menyalahgunakan
wewenang, dan djabatan sehingga budaya korupsi merambah, suap-menyuap menyebar.
Yang tidak
kalah perhatiannya bahwa orang banyak yang terjebak pada konsep ini, sehingga
konsep bahagia mempunyai definisi ketika punya banyak harta dan pasangan yang
indah rupa, sehingga banyak orang berpacu untuk merebut prestis ini, , jika di
analisa budaya megah-megahan punya sisi jeleknya yakni mementingkan dirinya
sendiri atau indifidualisme,dan orang yang tidak punya akan jauh tergeser dari
dunia peradaban, efek baiknya jika mampu mendorong etos kerja yang tinggi dan
kemandirian berekonomi.300312
Tidak ada komentar:
Posting Komentar